Assalamu’alaikum sahabat. Bagaimana
kabarnya? Jumpa lagi nih dengan rubrik kaifiyah. Kalo kemarin kita belajar
tentang Tayammum dan sebelumnya juga tentangthaharah yaitu Sifat Wudhu Nabi
dari kitab karya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, sekarang berarti
kita lanjut dong. Hayoo habis wudhu, biasanya kita kita ngapain?
Yup! Betul sekali. Saatnya shalat.
Ini nih tata cara Sifat Shalat Nabi
yang kita rangkum dari kitab dengan judul yang sama karangan Syaikh ibnu jibrin
juga. Langsung saja kita simak yuk:
Sifat Shalat Nabi (karya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman
Al-Jibrin)
1. Apabila seorang muslim hendak mengerjakan
shalat, hendaklah ia menghadap ke arah kiblat kemudian mengucapkan takbiratul
ihram:
اللهُ أَكْبَر
"Allah Maha Besar". Mengucapkan takbiratul ihram tersebut
adalah rukun shalat, tidak akan sah shalat seseorang tanpa mengucapkannya.
Dalilnya adalah hadits Nabi صلي الله عليه وسلم yang berbunyi:
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ الوُضُوْءَ ثُمَّ
اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ
Apabila engkau hendak mengerjakan
shalat, maka sempurnakanlah wudhu'-mu terlebih dahulu kemudian menghadaplah ke
arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihram" (Muttafaqun 'alaihi).
Takbiratul ihram tersebut harus diucapkan dengan lisan (bukan
diucapkan di dalam hati-pent). Dan tidak disyaratkan harus mengeraskan
suara ketika bertakbir.
2. Disunnahkan mengangkat kedua tangannya
setentang bahu ketika bertakbir dengan merapatkan jari-jemari tangannya, (lihat gambar no. 1)
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar رضي الله عنهما ia berkata:
أَنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ
يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّ كُوعِ
وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ
"Rasulullah صلي الله عليه وسلم biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai
shalat, setiap kali bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari
ruku'nya" (Muttafaqun 'alaihi).
Atau mengangkat kedua tangannya setentang telinga. (Lihat gambar no. 2)
Berdasarkan hadits Malik bin Al-Huwairits رضي الله عنه bahwa ia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ
إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّيْ يُحَاذِيْ بِهِمَا أُذُنَبِيْهِ
"Rasulullah صلي الله عليه وسلم mengangkat kedua tangannya setentang telinga setiap kali bertakbir
(di dalam shalat)" (H.R Muslim)
Tangan kanan mengenggam pergelangan
tangan kiri
3. Kemudian menggenggam pergelangan
tangan kirinya dengan tangan kanan serta meletakkannya di atas dada (lihat gambar no. 3)
Berdasarkan hadits riwayat An-Nasa'i yang
telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 88.
Atau meletakkan telapak tangan kanan di atas telapak tangan
kiri atau lengan kiri serta meletakkannya di atas dada (lihat gambar no. 4).
Berdasarkan hadits Waail bin Hujur yang berbunyi:
فَكَبَّرَ-أيْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-ثُمَّ
وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَيْ عَلَيْ ظَهْرِ كَفِّهِ الأَيْسَرَ وَالرُّسْغِ
وَالسَّاعِدِ
"Lalu Rasulullah صلي الله عليه وسلم bertakbir (takbiratul ihram) kemudian meletakkan tangan kanannya
di utas telapak tangan kiri, pergelangan tangan kiri atau lengan kirinya (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih
oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 88)
Dan berdasarkan
hadits Wail lainnya yang berbunyi:
كَانَ يَضَعُهُمَا عَلَيْ صَدْرِهِ
"Beliau meletakkan kedua tangannya di atas
dadanya."
(H.R Ibnu Khuzaimah dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani
dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 88)
4. Mengarahkan pandangannya ketempat
sujud. Berdasarkan hadits 'Aisyah
رضي الله عنها mengenai shifat shalat Nabi صلي الله عليه وسلم:
رضي الله عنها mengenai shifat shalat Nabi صلي الله عليه وسلم:
مَا خَلَّفَ بَصَرُهُ مَوْضُعَ سُجُوْدَهُ
"Rasulullah صلي الله عليه وسلم tidak mengalihkan pandangannya dari tempat sujud (di dalam
shalat)."
(H .R Al-Baihaqi dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat
Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 88)
5. Kemudian membaca doa istiftah.
Hukumnya adalah
sunnat. Doa istiftah sangat banyak, di antaranya:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ،
وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَـهَ غَيْرُكَ
"Maha Suci Engkau Yaa Allah, aku
memuji-Mu, Maha Suci nama-Mu, Maha Tinggi keagungan-Mu, Tiada ilaah (sesembahan
yang berhak disembah) selain Engkau." (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 93)
Atau membaca doa istiftah dibawah ini:
اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ
بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ، كَمَا
يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ
خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
"Yaa Allah, jauhkanlah antara aku
dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan
barat. Yaa Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju
putih dibersihkan dari kotoran. Yaa Allah, cucilah aku dari
kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun." (H.R Al-Bukhari)
6. Kemudian mengucapkan doa isti 'adzah,
yaitu mengucapkan:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Aku berlindung kepada Allah dari
setan yang terkutuk."
Atau mengucapkan:
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنْ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ
"Aku berlindung kepada Allah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk."
Atau mengucapkan:
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنْ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
"Aku berlindung kepada Allah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari godaannya,
kesombongannya dan bisikan tercelanya."
(Al-Hamzu adalah sejenis penyakit gila, an-nafkhu adalah
kesombongan, an-naftsu adalah bisikan yang tercela).
7. Kemudian mengucapkan basmalah,
yaitu ucapan:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
"Dengan Nama Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang."
8. Kemudian membaca surat Al-Fatihah di
setiap rakaat. Berdasarkan hadits Nabi صلي الله عليه وسلم yang berbunyi:
لاَصَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
"Tidak sah shalat seseorang yang
tidak membaca surat Al-Fatihah " (Muttafaqun 'Alahi)
Membaca Al-Fatihah ini adalah rukun shalat. Tidak sah shalat tanpa
membacanya.
Apabila ia belum hafal surat Al-Fatihah, sebagai gantinya ia boleh
membaca ayat-ayat lain yang dihafalnya. Bila ternyata tidak ada satu ayatpun
yang dihafalnya, hendaklah ia membaca:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ اللَّهُ اَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ
وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
"Maha Suci Allah, segala puji
hanya bagi-Nya semata, tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Dia,
Maha Besar Allah, tiada daya dan tiada upaya kecuali dari Allah." (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih
oleh Al-Albani dalam kitab Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 98)
Ia wajib segera belajar menghafal surat Al-Fatihah.
9. Setelah membaca surat Al-Fatihah, hendaklah
ia membaca surat lain yang dihafalnya. Ia boleh membaca satu surat secara
utuh atau membaca beberapa ayat saja.
10.Kemudian rukuk seraya mengucapkan
takbir (Allahhu Akbar), dengan mengangkat kedua tangannya setentang bahu atau
telinga, seperti yang telah dijelaskan di atas (lihat gambar no 1
dan 2). Ketika rukuk, hendaklah ia meratakan punggungnya (lihat gambar no 5)
dan merenggangkan jari-jemari tangannya serta menempatkannya dengan baik pada
lutut (lihat gambar no 6).
Hendaklah ia membaca doa ruku':
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
"Maha SuciRabb-ku Yang Maha
Agung."
Wajib baginya mengucapkan doa tersebut minimal sekali, lebih dari
itu adalah sunnah hukumnya.
Atau ia membaca doa lainnya, seperti:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِيْ
"Maha Suci Engkau Yaa Allah, Rabb
kami, dan Engkau Maha terpuji, Yaa Allah ampunilah daku." (Muttafaqun 'alaihi)
Atau membaca:
سُبُّوحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُوحِ
"Maha Suci Engkau dan Maha Luhur
(dari segala kekurangan dan hal yang tidak layak bagi kebesaran-Mu) Rabb para
Malaikat dan Ruh." (H.R Muslim)
11. Kemudian bangkit dari rukuk seraya
mengucapkan:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
"Allah Maha Mendengar terhadap
hamba yang memuji-Nya."
Disunnatkan baginya mengangkat kedua tangan sebagaimana pada waktu
takbiratul ihram (lihat gambar 1 dan 2).
12. Setelah tegak berdiri, hendaklah ia
membaca doa i'tidal:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
"Yaa Rabb kami, segala puji
bagi-Mu."
Atau membaca:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
"Yaa Rabb kami, dan segala puji
bagi-Mu."
Atau membaca:
اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
"Yaa Rabb kami, segala puji
bagi-Mu."
Atau membaca:
اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
"Yaa Rabb kami, dan segala puji
bagi-Mu."
Setelah itu disunnahkan membaca doa berikut ini:
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ
بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا
لَكَ عَبْدُ،لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ،
وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
"Sepenuh langit dan sepenuh bumi,
serta sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki setelah itu, Yaa Rabb yang layak
dipuji dan diagungkan, dan apa yang berhak diucapkan oleh seorang hamba, dan
kami seluruhnya adalah hamba-Mu, Yaa Allah, tiada yang kuasa mencegah apa yang
Engkau anugrahkan, dan tiada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah, Seorang yang
memiliki kehormatan tiada berguna untuk menolak ancaman dari-Mu, hanya dari-Mu
sajalah kehormatan itu." (H.R Muslim)
13. Disunnahkan baginya bersedekap1 (meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri) dan meletakkannya di atas dada-nya sebagaimana yang dilakukannya ketika berdiri sebelum ruku' (lihat gambar no 3 dan 4).
14. Kemudian sujud seraya mengucapkan
"Allaahu akbar" (Allah Maha Besar).
Hendaklah ia mendahulukan kedua lututnya sebelum kedua tangannya
ketika turun untuk sujud (lihat gambar no 7). Berdasarkan hadits Wail bin
Hujur رضي الله عنه bahwa ia berkata:
رَأَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ
"Saya melihat setiap kali Rasulullah sujud, beliau meletakkan
kedua lututnya sebelum kedua tangannya." (Hadits Shahih diriwayatkan oleh
penulis-penulis kitab sunan).
15. Hendaklah ia sujud dengan 7 anggota
badannya, yaitu kedua kakinya, kedua lututnya, kedua tangannya, dan kening
beserta hidungnya.
Tidak diperbolehkan mengangkat salah satu dari anggota sujud itu
dari tempat sujudnya. Apabila ia tidak sanggup untuk sujud disebabkan karena
sakit, hendaklah ia merunduk sedikit sekedar kemampuannya sehingga seperti
sujud (lihat gambar no. 8).
Disunnahkan baginya merenggangkan jarak antara lengan atas dan
rusuknya ketika sujud (lihat gambar no. 7d). Karena putih ketiak Rasulullah صلي الله عليه وسلم kelihatan ketika beliau sujud (Mut-tafaqun 'alaihi). Kecuali jika
mengganggu orang yang berada di sampingnya.
Disunnahkan baginya merenggangkan jarak antara perut dan pahanya
ketika sujud (lihat gambar 7d).
Disunnahkan juga merenggangkan jarak antara kedua lututnya ketika
sujud, yaitu tidak merapatkannya. Berbeda dengan telapak kaki, yang harus
dirapatkan.
Demikianlah yang dilakukan Rasulullah صلي الله عليه وسلم dalam sujudnya beliau صلي الله عليه وسلم merapatkan tumitnya ketika sujud.
(H.R Ibnu Khuzaimah dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani
dalam kitab Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 42) - (lihat gambar 7d).
Tidak dibenarkan baginya merebahkan kedua lengan tangannya di
lantai ketika sujud seperti pada gambar no. 9).
Berdasarkan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:
لَا يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الْكَلْبِ
"Janganlah kamu merebahkan lengan
tangan dilantai seperti anjing ketika sujud." (Muttafaqun ‘alaihi)
Namun dibolehkan menyandarkan lengannya ke paha bila kelelahan karena
sujud yang terlalu lama (lihat gambar 10).
16. Wajib baginya membaca doa sujud
minimal sekali:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى
"Maha Suci Engkau wahai Rabb-ku
lagi Maha Luhur."
Lebih dari sekali hukumnya sunnah.
Dibolehkan baginya membaca doa sujud yang lain, seperti:
سُبُّوحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ
الْمَلاَئِكَةِ وَالرُوحِ
"Maha Suci Engkau dan Maha Luhur
(dari segala kekurangan dan hal yang tidak layak bagi kebesaran-Mu) Rabb para
Malaikat dan Ruh." (H.R Muslim).
Atau membaca:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِيْ
"Maha Suci Engkau Yaa Allah, Rabb
kami, dan Engkau Maha terpuji, Yaa Allah ampunilah daku." (Muttafaqun 'alaihi)
17. Kemudian bangkit dari sujud seraya
mengucapkan takbir "Allaahu Akbar" (Allah Maha Besar). Lalu duduk di
antara dua sujud dengan bertelekan di atas telapak kaki kiri dan menegakkan
telapak kaki kanan (lihat gambar no. 11).
18. Wajib baginya membaca doa duduk di
antara dua sujud minimal sekali.
Yaitu:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ
"Ya Allah, ampunilah aku"
Lebih dari sekali hukumnya sunnah
Atau membaca doa yang lain, di antaranya:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ
وَارْزُقْنِيْ
"Yaa Allah, aku memohon ke-pada-Mu
ampunan, rahmat, petunjuk, dan berilah aku kesehatan dan rezeki." (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 153)
19. Hendaklah ia meletakkan tangannya di
atas paha dengan ujung-ujung jari tangan pada lututnya (lihat gambar no 12).
Atau meletakkan tangan kanan di atas lutut kanannya, serta tangan
kiri di atas lutut kirinya, seolah-olah menggenggamnya (lihat gambar no. 13).
20. Lalu sujud yang kedua, hendaklah ia
melakukan sebagaimana yang dilakukannya pada sujud pertama.
21. Kemudian bangkit dari sujud untuk
mengerjakan rakaat yang kedua dengan bertumpu pada kedua lututnya (kebalikan
dari gambar no 7) seraya mengucapkan "Allaahu Akbar" (Allah Maha Besar).
22. Lalu ia mengerjakan rakaat kedua
sebagaimana yang dikerjakannya pada rakaat pertama.
Hanya saja dia tidak perlu membaca doa istiftah dan isti'adzah,
karena ia telah membacanya pada rakaat pertama.
23. Kemudian di-akhir rakaat kedua, hendaklah ia duduk untuk
melakukan tasyahhud awal sebagaimana cara duduk di antara dua sujud (iftirasy)
(lihat gambar no 11).
24. Adapun posisi jari kanannya adalah
sebagai berikut: hendaklah ia menggenggam jari kelingking dan jari manis dan
menautkan jari tengah dengan ibu jari serta mengisyaratkan" dengan jari
telunjuk saat berdoa (yaitu setiap kali mengucapkan kalimat yang mengandung
doa ketika bertasyahud) (lihat gambar 14)
Atau menggenggam seluruh jari kanannya serta mengisyaratkan2 dengan jari telunjuknya saat berdoa
(lihat gambar 15). Adapun tangan kirinya tetap diletakkan di atas lutut kiri
seolah menggenggamnya, atau boleh juga membentangkannya di atas lutut kiri
tanpa menggenggamnya (lihat gambar 14 dan 15, perhatikanlah posisi tangan
kirinya).
25. Hendaklah ia membaca doa tasyahhud
sebagai berikut:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ
عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ
عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
"Segala pengagungan, kehormatan
dan kebaikan adalah milik Allah semata, semoga keselamatan tercurah atasmu
wahai Nabi, juga anugrah dan berkah-Nya. Semoga keselamatan juga tercurah atas
kami dan atas segenap hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad
adalah hamba dan utusan-Nya.
26. Apabila shalat tersebut empat rakaat,
seperti shalat zhuhur, ashar dan isya', hendaklah ia duduk untuk melakukan
tasyahud akhir (pada rakaat keempat) dengan bertawarruk yaitu menegakkan/merebahkan telapak
kaki kanan dan mengeluarkan telapak kaki kiri dari bawah betis kaki kanan
dengan menjadikan lantai sebagai tempat bertelekan (lihat cara duduk pada
gambar 16 dan 17).
Posisi tangan pada
tasyahud akhir sama seperti pada tasyahhud awal. Dan membaca doa tasyahud
sebagaimana yang telah kami cantumkan di atas, setelan itu membaca shalawat
atas nabi sebagai berikut:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
"Yaa Allah, anugrahkanlah shalawat
atas Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah menganugerahkan
shalawat atas Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi
Maha Mulia. Yaa Allah, berka-hilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
Engkau telah memberkahi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia."
27. Setelah membaca shalawat atas nabi,
hendaklah ia berdoa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ،وَ عَذَابِ
الْقَبْر،ِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ
الدَّجَّالِ
"Yaa Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari azab neraka jahannam, dari azab kubur, dari fitnah (malapetaka)
kehidupan dan kematian, dan dari fitnah (cobaan) Al-Masih Ad-Dajjal." (Muttafaqun 'alahi)
28. Kemudian berdoa kepada Allah dengan doa
apa saja yang dikehendakinya seperti doa:
اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ،وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ
عِبَدَتِكَ
"Yaa Allah, berilah pertolongan
kepadaku untuk senantiasa menyebut nama-Mu, bersyukur kepada-Mu dan selalu
beribadah yang baik untuk-Mu." (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani
dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 347)
29. Setelah itu memberikan salam ke kanan
dan ke kiri seraya mengucapkan:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
"Semoga rahmat Allah tercurah
kepadamu."
Lah, kok
ada 29 nomor? Bukan 13 nomor seperti tartib shalat biasa? Hmm… gimana yaaa? Mau
tahu aja atau mau tahu banget? Hehehe. Kalo yang ini bisa sampai 29 nomor itu
karena ini bukan shalat biasa. Ini shalat yang perintahnya langsung dijemput ke
shidratul muntaha. Lalu tata caranya jelas bersumber al-qur’an dan hadits
semua. Sahabat bisa kok cek ke kitab-kitab hadits untuk mencocokkan kaifiyah
atau tata cara shalat yang sesuai dengan tuntunan nabi kita. J
Moga dari
pelajaran kaifiyah pecan ini, sahabat gak kapok karena terasa tambah banyak
yang musti dikerjakan dalam beribadah. Hehehe. Yang penting kan ikhlas dan
sesuai tuntunan. Iya kan sahabat? Moga setelah ini amal ibadah kita, terutama
shalat kita, bisa sesuai dengan tuntunan nabi kita tercinta. Sehingga segala
amal ibadah kita diterima di sisi Nya. Dan kelak kita mendapat ridha dari Sang
Pemilik Jagad Raya. Amin.
Oh ya
sahabat, jangan lupa baca rubrik kita yang lainnya ya. Yang insya Allah seru
dan bermanfaat. J sampai jumpa pada rubrik kaifiyah rabu depan.
Assalamu’alaikum
sahabat. (Abi Jarir)



0 comments:
Post a Comment