Wednesday, December 17, 2014


Assalamu’alaikum sahabat. Bagaimana kabarnya? Jumpa lagi nih dengan rubrik kaifiyah. Kalo kemarin kita belajar tentang Tayammum dan sebelumnya juga tentangthaharah yaitu Sifat Wudhu Nabi dari kitab karya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, sekarang berarti kita lanjut dong. Hayoo habis wudhu, biasanya kita  kita ngapain? Yup! Betul sekali. Saatnya shalat.
Ini nih tata cara Sifat Shalat Nabi yang kita rangkum dari kitab dengan judul yang sama karangan Syaikh ibnu jibrin juga. Langsung saja kita simak yuk:
Sifat Shalat Nabi (karya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin)
1.  Apabila seorang muslim hendak mengerjakan shalat, hendaklah ia meng­hadap ke arah kiblat kemudian mengu­capkan takbiratul ihram:
اللهُ أَكْبَر
"Allah Maha Besar". Mengu­capkan takbiratul ihram tersebut adalah rukun shalat, tidak akan sah shalat sese­orang tanpa mengucapkannya. Dalilnya adalah hadits Nabi صلي الله عليه وسلم yang berbunyi:
إِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلَاةِ فَأَسْبِغِ الوُضُوْءَ ثُمَّ اسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّرْ
Apabila engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu'-mu terlebih dahulu kemudian mengha­daplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihram" (Muttafaqun 'alaihi).
Takbiratul ihram tersebut harus diucap­kan dengan lisan (bu­kan diucapkan di da­lam hati-pent). Dan tidak disyaratkan harus me­ngeraskan suara ketika bertakbir.
2.  Disunnahkan mengangkat kedua ta­ngannya setentang ba­hu ketika bertakbir de­ngan merapatkan jari-jemari tangannya, (lihat gambar no. 1)
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar رضي الله عنهما ia berkata:
أَنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ إِذَا افْتَتَحَ الصَّلَاةَ وَإِذَا كَبَّرَ لِلرُّ كُوعِ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ
"Rasulullah صلي الله عليه وسلم biasa mengangkat kedua ta­ngannya setentang ba­hu jika hendak memu­lai shalat, setiap kali bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari ruku'nya" (Muttafaqun 'alaihi).
Atau mengangkat kedua tangannya setentang telinga. (Lihat gambar no. 2)
Berdasarkan hadits Malik bin Al-Huwairits رضي الله عنه bahwa ia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّيْ يُحَاذِيْ بِهِمَا أُذُنَبِيْهِ
"Rasulullah صلي الله عليه وسلم mengangkat kedua ta­ngannya setentang te­linga setiap kali ber­takbir (di dalam shalat)" (H.R Muslim)
Tangan kanan mengenggam pergelangan tangan kiri
3.  Kemudian menggenggam perge­langan tangan kirinya dengan tangan kanan serta meletakkannya di atas dada (lihat gambar no. 3)
Berdasarkan hadits riwayat An-Nasa'i yang telah dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 88.
Atau meletakkan telapak tangan kanan di atas telapak tangan kiri atau lengan kiri serta meletakkannya di atas dada (lihat gambar no. 4).
Berdasarkan hadits Waail bin Hujur yang berbunyi:
فَكَبَّرَ-أيْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَيْ عَلَيْ ظَهْرِ كَفِّهِ الأَيْسَرَ وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ
"Lalu Rasulullah صلي الله عليه وسلم bertakbir (takbiratul ihram) kemudian meletakkan tangan kanannya di utas telapak tangan kiri, pergelangan tangan kiri atau lengan kirinya (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 88)
Dan berdasarkan hadits Wail lainnya yang berbunyi:
كَانَ يَضَعُهُمَا عَلَيْ صَدْرِهِ
"Beliau meletakkan kedua tangannya di atas dadanya."
(H.R Ibnu Khuzaimah dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 88)
4.  Mengarahkan pandangannya ketempat sujud. Berdasarkan hadits 'Aisyah
رضي الله عنها mengenai shifat shalat Nabi صلي الله عليه وسلم:
مَا خَلَّفَ بَصَرُهُ مَوْضُعَ سُجُوْدَهُ
"Rasulullah صلي الله عليه وسلم tidak mengalihkan pan­dangannya dari tempat sujud (di dalam shalat)."
(H .R Al-Baihaqi dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 88)
5.  Kemudian membaca doa istiftah.
Hukumnya adalah sunnat. Doa istiftah sangat banyak, di antaranya:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَـهَ غَيْرُكَ
"Maha Suci Engkau Yaa Allah, aku memuji-Mu, Maha Suci nama-Mu, Maha Tinggi keagungan-Mu, Tiada ilaah (sesembahan yang berhak disembah) selain Engkau." (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 93)
Atau membaca doa istiftah dibawah ini:
اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اَللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
"Yaa Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagai­mana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Yaa Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran. Yaa Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun." (H.R Al-Bukhari)
6.  Kemudian mengucapkan doa isti 'adzah, yaitu mengucapkan:
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk."
Atau mengucapkan:
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk."
Atau mengucapkan:
أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ
"Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari godaannya, kesombongannya dan bisikan tercelanya."
(Al-Hamzu adalah sejenis penyakit gila, an-nafkhu adalah kesombongan, an-naftsu adalah bisikan yang tercela).
7.  Kemudian mengucapkan basmalah, yaitu ucapan:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
"Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
8.  Kemudian membaca surat Al-Fatihah di setiap rakaat. Berdasarkan hadits Nabi صلي الله عليه وسلم yang berbunyi:
لاَصَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ
"Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca surat Al-Fatihah " (Muttafaqun 'Alahi)
Membaca Al-Fatihah ini adalah rukun shalat. Tidak sah shalat tanpa membacanya.
Apabila ia belum hafal surat Al-Fatihah, sebagai gantinya ia boleh membaca ayat-ayat lain yang dihafal­nya. Bila ternyata tidak ada satu ayatpun yang dihafalnya, hendaklah ia mem­baca:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ اللَّهُ اَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
"Maha Suci Allah, segala puji hanya bagi-Nya semata, tidak ada sesem­bahan yang berhak disembah kecuali Dia, Maha Besar Allah, tiada daya dan tiada upaya kecuali dari Allah." (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam kitab Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 98)
Ia wajib segera belajar menghafal su­rat Al-Fatihah.
9.  Setelah membaca surat Al-Fatihah, hen­daklah ia mem­baca surat lain yang dihafalnya. Ia boleh memba­ca satu surat seca­ra utuh atau mem­baca beberapa ayat saja.
10.Kemudian rukuk seraya me­ngucapkan takbir (Allahhu Akbar), dengan mengang­kat kedua tangan­nya setentang bahu atau telinga, seper­ti yang telah dije­laskan di atas (lihat gambar no 1 dan 2). Ketika rukuk, hendaklah ia meratakan punggungnya (lihat gambar no 5) dan merenggangkan jari-jemari tangannya serta menempatkannya dengan baik pada lutut (lihat gambar no 6).
Hendaklah ia membaca doa ruku':
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
"Maha SuciRabb-ku Yang Ma­ha Agung."
Wajib baginya mengucapkan doa ter­sebut minimal sekali, lebih dari itu adalah sunnah hukumnya.
Atau ia membaca doa lainnya, seperti:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ
"Maha Suci Engkau Yaa Allah, Rabb kami, dan Engkau Maha terpuji, Yaa Allah ampunilah daku." (Muttafaqun 'alaihi)

Atau membaca:
سُبُّوحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُوحِ
"Maha Suci Engkau dan Maha Luhur (dari segala kekurangan dan hal yang tidak layak bagi kebesaran-Mu) Rabb para Malaikat dan Ruh." (H.R Mus­lim)
11. Kemudian bangkit dari rukuk seraya mengucapkan:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
"Allah Maha Mendengar ter­hadap hamba yang memuji-Nya."
Disunnatkan baginya mengangkat kedua tangan sebagaimana pada waktu takbiratul ihram (lihat gambar 1 dan 2).
12. Setelah tegak berdiri, hendaklah ia membaca doa i'tidal:
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
"Yaa Rabb kami, segala puji bagi-Mu."
Atau membaca:
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
"Yaa Rabb kami, dan segala puji bagi-Mu."
Atau membaca:
اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ
"Yaa Rabb kami, segala puji bagi-Mu."
Atau membaca:
اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
"Yaa Rabb kami, dan segala puji bagi-Mu."
Setelah itu disunnahkan membaca doa berikut ini:
مِلْءَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدُ،لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
"Sepenuh langit dan sepenuh bumi, serta sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki setelah itu, Yaa Rabb yang layak dipuji dan diagungkan, dan apa yang berhak diucapkan oleh seorang hamba, dan kami seluruhnya adalah hamba-Mu, Yaa Allah, tiada yang kuasa mencegah apa yang Engkau anugrahkan, dan tiada yang dapat memberi apa yang Engkau cegah, Seorang yang memiliki kehormatan tiada berguna untuk menolak ancaman dari-Mu, hanya dari-Mu sajalah kehormatan itu." (H.R Muslim)
13. Disunnahkan baginya bersedekap1 (meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri) dan meletakkannya di atas dada-nya sebagaimana yang dilakukannya ketika berdiri sebelum ruku' (lihat gambar no 3 dan 4).
14. Kemudian sujud seraya mengucapkan "Allaahu akbar" (Allah Maha Besar).
Hendaklah ia men­dahulukan kedua lutut­nya sebelum kedua ta­ngannya ketika turun untuk sujud (lihat gam­bar no 7). Berdasarkan hadits Wail bin Hujur رضي الله عنه bahwa ia berkata:
رَأَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ
"Saya melihat setiap kali Rasulullah sujud, beliau meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya." (Hadits Shahih diriwayatkan oleh penulis-penulis kitab sunan).
15. Hendaklah ia sujud dengan 7 anggota badannya, yaitu kedua kaki­nya, kedua lututnya, kedua tangannya, dan kening beserta hidungnya.
Tidak diperbolehkan mengangkat sa­lah satu dari anggota sujud itu dari tempat sujudnya. Apabila ia tidak sang­gup untuk sujud disebabkan karena sa­kit, hendaklah ia merunduk sedikit seke­dar kemampuannya sehingga seperti sujud (lihat gam­bar no. 8).
Disunnahkan baginya mereng­gangkan jarak an­tara lengan atas dan rusuknya ke­tika sujud (lihat gambar no. 7d). Karena putih ke­tiak Rasulullah صلي الله عليه وسلم kelihatan ketika beliau sujud (Mut-tafaqun 'alaihi). Kecuali jika mengganggu orang yang berada di sampingnya.
Disunnahkan baginya merenggang­kan jarak antara perut dan pahanya ke­tika sujud (lihat gambar 7d).
Disunnahkan juga merenggang­kan jarak antara kedua lututnya ketika sujud, ya­itu tidak merapat­kannya. Berbeda dengan telapak kaki, yang harus dirapatkan.
Demikianlah yang dilakukan Rasulullah صلي الله عليه وسلم dalam sujudnya beliau صلي الله عليه وسلم merapatkan tumitnya ketika sujud.
(H.R Ibnu Khuzaimah dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 42) - (lihat gambar 7d).
Tidak dibe­narkan baginya merebahkan ke­dua lengan ta­ngannya di lan­tai ketika sujud seperti pada gambar no9).
Berdasarkan sabda Rasulullah صلي الله عليه وسلم:
لَا يَبْسُطْ أَحَدُكُمْ ذِرَاعَيْهِ انْبِسَاطَ الْكَلْبِ
"Janganlah kamu merebahkan lengan tangan dilantai seperti anjing ketika sujud." (Muttafaqun ‘alaihi)
Namun dibolehkan menyandarkan lengannya ke paha bila kelelahan ka­rena sujud yang terlalu lama (lihat gambar 10).
16. Wajib baginya membaca doa su­jud minimal sekali:
سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى
"Maha Suci Engkau wahai Rabb-ku lagi Maha Luhur."
Lebih dari sekali hukumnya sunnah.
Dibolehkan baginya membaca doa sujud yang lain, seperti:
سُبُّوحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُوحِ
"Maha Suci Engkau dan Maha Luhur (dari segala kekurangan dan hal yang tidak layak bagi kebesaran-Mu) Rabb para Malaikat dan Ruh." (H.R Muslim).
Atau membaca:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ
"Maha Suci Engkau Yaa Allah, Rabb kami, dan Engkau Maha ter­puji, Yaa Allah am­punilah daku." (Muttafaqun 'alaihi)
17. Kemudian bangkit dari sujud seraya mengucapkan takbir "Allaahu Akbar" (Allah Maha Besar). Lalu duduk di antara dua sujud dengan bertelekan di atas telapak kaki kiri dan menegakkan telapak kaki kanan (lihat gam­bar no. 11).
18. Wajib baginya membaca doa duduk di antara dua sujud minimal sekali.
Yaitu:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ
"Ya Allah, ampunilah aku"
Lebih dari sekali hukumnya sunnah

Atau membaca doa yang lain, di antaranya:
رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَارْحَمْنِيْ وَاهْدِنِيْ وَعَافِنِيْ وَارْزُقْنِيْ
"Yaa Allah, aku memohon ke-pada-Mu ampunan, rahmat, petunjuk, dan berilah aku kesehatan dan rezeki." (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 153)
19. Hendaklah ia meletakkan ta­ngannya di atas paha dengan ujung-ujung jari tangan pada lututnya (lihat gambar no 12).
Atau meletakkan tangan kanan di atas lutut kanannya, serta tangan kiri di atas lutut kirinya, seolah-olah meng­genggamnya (lihat gambar no. 13).
20. Lalu sujud yang kedua, hendak­lah ia melakukan sebagaimana yang di­lakukannya pada sujud pertama.
21. Kemudian bangkit dari sujud untuk mengerjakan rakaat yang kedua dengan bertumpu pada kedua lututnya (kebalikan dari gambar no 7) sera­ya mengucapkan "Allaahu Akbar" (Allah Maha Be­sar).
22. Lalu ia me­ngerjakan rakaat kedua sebagaima­na yang dikerja­kannya pada raka­at pertama.
Hanya saja dia tidak perlu membaca doa istiftah dan isti'adzah, karena ia telah mem­bacanya pada rakaat pertama.
23. Kemudian di-akhir rakaat kedua, hendaklah ia duduk untuk melakukan tasyahhud awal sebagaimana cara duduk di antara dua sujud (iftirasy) (lihat gambar no 11).
24. Adapun posisi jari kanannya ada­lah sebagai berikut: hendaklah ia meng­genggam jari kelingking dan jari manis dan menautkan jari tengah dengan ibu jari serta mengisyaratkan" dengan jari telunjuk saat berdoa (yaitu setiap kali mengucapkan kalimat yang mengan­dung doa ketika bertasyahud) (lihat gambar 14)
Atau menggenggam seluruh jari ka­nannya serta mengisyaratkan2 dengan jari telunjuknya saat berdoa (lihat gam­bar 15). Adapun tangan kirinya tetap di­letakkan di atas lutut kiri seolah meng­genggamnya, atau boleh juga memben­tangkannya di atas lutut kiri tanpa meng­genggamnya (lihat gambar 14 dan 15, perhatikanlah posisi tangan kirinya).
25. Hendaklah ia membaca doa tasyahhud sebagai berikut:
التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
"Segala pengagungan, kehor­matan dan kebaikan adalah milik Allah se­mata, semoga keselamatan tercurah atas­mu wahai Nabi, juga anugrah dan berkah-Nya. Semoga keselamatan juga tercurah atas kami dan atas segenap hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
26. Apabila shalat tersebut empat rakaat, seperti shalat zhuhur, ashar dan isya', hendaklah ia duduk untuk melakukan tasyahud akhir (pada rakaat keempat) dengan bertawarruk yaitu menegakkan/merebahkan telapak kaki kanan dan mengeluarkan telapak kaki kiri dari bawah betis kaki kanan dengan menjadikan lantai sebagai tempat ber­telekan (lihat cara duduk pada gambar 16 dan 17).
Posisi tangan pada tasyahud akhir sama seperti pada tasyahhud awal. Dan membaca doa tasyahud sebagai­mana yang telah kami cantumkan di atas, setelan itu membaca shalawat atas nabi sebagai berikut:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
"Yaa Allah, anugrahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluar­ganya, sebagaimana Engkau telah menga­nugerahkan shalawat atas Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi Maha Mulia. Yaa Allah, berka-hilah Muhammad dan keluarganya, seba­gaimana Engkau telah memberkahi Ibra­him dan keluarganya, sesungguhnya Eng­kau Maha Terpuji lagi Maha Mulia."
27. Setelah membaca shalawat atas nabi, hendaklah ia berdoa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ،وَ عَذَابِ الْقَبْر،ِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
"Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka jahannam, dari azab kubur, dari fitnah (malapetaka) kehidupan dan kematian, dan dari fitnah (cobaan) Al-Masih Ad-Dajjal." (Muttafaqun 'alahi)
28. Kemudian berdoa kepada Allah dengan doa apa saja yang dikehen­dakinya seperti doa:
اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ،وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَدَتِكَ
"Yaa Allah, berilah pertolongan kepadaku untuk senantiasa menyebut nama-Mu, bersyukur kepada-Mu dan selalu beribadah yang baik untuk-Mu." (H.R Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Shifat Shalat Nabi صلي الله عليه وسلم hal 347)
29. Setelah itu memberikan salam ke kanan dan ke kiri seraya mengucapkan:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ
"Semoga rahmat Allah tercurah kepadamu."

Lah, kok ada 29 nomor? Bukan 13 nomor seperti tartib shalat biasa? Hmm… gimana yaaa? Mau tahu aja atau mau tahu banget? Hehehe. Kalo yang ini bisa sampai 29 nomor itu karena ini bukan shalat biasa. Ini shalat yang perintahnya langsung dijemput ke shidratul muntaha. Lalu tata caranya jelas bersumber al-qur’an dan hadits semua. Sahabat bisa kok cek ke kitab-kitab hadits untuk mencocokkan kaifiyah atau tata cara shalat yang sesuai dengan tuntunan nabi kita. J
Moga dari pelajaran kaifiyah pecan ini, sahabat gak kapok karena terasa tambah banyak yang musti dikerjakan dalam beribadah. Hehehe. Yang penting kan ikhlas dan sesuai tuntunan. Iya kan sahabat? Moga setelah ini amal ibadah kita, terutama shalat kita, bisa sesuai dengan tuntunan nabi kita tercinta. Sehingga segala amal ibadah kita diterima di sisi Nya. Dan kelak kita mendapat ridha dari Sang Pemilik Jagad Raya. Amin.
Oh ya sahabat, jangan lupa baca rubrik kita yang lainnya ya. Yang insya Allah seru dan bermanfaat. J sampai jumpa pada rubrik kaifiyah rabu depan.
Assalamu’alaikum sahabat. (Abi Jarir) 

Thursday, December 11, 2014


Assalamu’alaikum sahabat. Senin kemarin kita sudah membahas dua doa tentang hujan. Kali ini kok masih doa tentang hujan lagi? Hmm… ternyata doa tentang hujan gak Cuma dua aja. Lihat ini, judulnya saja sudah lain. Dan terasa penting kan? Apalagi buat sahabat yang kadang hatinya gak tenang saat hujan deras datang menyapa. Sebagian sih bisa menahan diri. Namun yang kasihan tuh buat sahabat yang malah menggerutu dengan rahmat yang Allah turunkan berupa hujan. So… biar waktunya bisa diisi dengan hal yang bermanfaat ketika hujan menghalangi langkah aktifitas sahabat, ada baiknya kita hafalkan doa berikut ini:
اَللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا، اَللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ، وَبُطُوْنِ اْلأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ.
“Ya Allah! Hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya, Allah! Berilah hujan ke daratan tinggi, beberapa anak bukit perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.”
[HR. Al-Bukhari 1/224 dan Muslim 2/614]

Sekian dulu doa kamis ini. Walau pun lebih panjang dari yang kemarin, semoga sahabat tetap semangat menghafal dan mempraktekkannya. Amin. (AJ)

Monday, December 8, 2014


Alhamdulillah sahabat, pada rubrik doa sebelumnya kita sudah membiasakan diri untuk berdoa ketika hujan turun. Namun, ternyata sekarang masih bulan Desember. Itu artinya musim hujan masih ada. Maka, kita tambah doa kita pada rubrik doa kali ini dengan Doa Ketika Hujan Berhenti. Emang ada ya? Yuk kita simak:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ.
“Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.”
[HR. Al-Bukhari 1/205, Muslim 1/83]
Waaahhh… ternyata doanya pendek-pendek. Semoga mudah sahabat hafalkan dan praktekkan ya. J mudah-mudahan dengan hujan pada musim kali ini, kita mendapat rahmat dan karunia dari Allah serta terhindar dari bencana seperti banjir dan longsor. Amin.

Sampai jumpa pada rubrik doa kamis depan sahabat. J (AJ)

Friday, December 5, 2014


Gejala mendukung kekafiran dan berani menjamin keimanan tidak luntur
(Khutbah Jum’at)
Kamis, 24 Jumadil Akhir 1435 H / 27 Desember 2012 16:02 wib
Oleh Hartono Ahmad Jaiz
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, dalam kesempatan yang mulia ini akan kami kemukakan tentang adanya gejala mendukung kekafiran dan menjamin tidak lunturnya iman.
Gejala itu tentu saja menyedihkan bagi kaum Muslimin yang ingin menjaga dirinya dan  keluarganya dari api neraka akibat terpengaruh oleh pengaruh jahat keadaan yang memprihatinkan. Untuk itu, mari kita simak ayat-ayat ini.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا يَحْزُنْكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا يُرِيدُ اللَّهُ أَلَّا يَجْعَلَ لَهُمْ حَظًّا فِي الْآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ . آل عمران : 176
176. Janganlah kamu disedihkan oleh orang-orang yang segera menjadi kafir[252 yakni orang-orang kafir Mekah atau orang-orang munafik yang selalu merongrong agama Islam.]; Sesungguhnya mereka  tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka  di hari akhirat, dan bagi mereka  azab yang besar.
Imam Ibnul Jauzi dalam kitab Zaadul Masiir fii ‘ilmit  Tafsiir menjelaskan, (الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْكُفْرِ  ) orang-orang yang segera menjadi kafir ada empat pendapat:
1.     Al-munafiqun (orang-orang munafiq) dan pemimpin-pemimpin Yahudi, kata Ibnu ‘Abbas.
2.     Al-Munafiqun, kata Mujahid.
3.     Kuffar (orang-orang kafir) Quraisy, kata Ad-Dhahhak.
4.     Kaum yang murtad dari Islam, disebutkan oleh Al-Mawardi.
Dan dikatakan, arti segeranya mereka  menjadi kafir itu adalah terang-terangannya mereka  terhadap orang kafir dan dukungan mereka  kepada kafirin. Bila ditanyakan: bagaimana (bisa) segeranya mereka  ke dalam kekufuran itu jangan sampai menjadikan sedih? Maka jawabannya adalah, jangan menjadikan kamu sedih perbuatan mereka , karena kamu ditolong (dimenangkan) terhadap mereka .  (lihat Zaadul Masiir fii ‘ilmit  Tafsiir dalam ayat menjelaskan ayat 176 Surat Ali ‘Imran).
orang-orang yang segera menjadi kafir dari orang Yahudi, Quraisy, munafiq maupun murtad itu Allah sebut إِنَّهُمْ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا Sesungguhnya mereka  tidak sekali-kali dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun.
Menurut Imam ‘Atha’, mereka  tidak akan memberi mudharat sedikitpun kepada wali-wali Allah, yaitu orang-orang yang beriman lagi taqwa.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah, segeranya mereka  menjadi kafir atau terang-terangannya mereka  terhadap orang kafir dan dukungan mereka  kepada kafirin; yang kini jelas terlihat di depan kita, ternyata bukan baru sekarang terjadi. Namun sudah terjadi di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala perang Uhud. Sehingga Allah Ta’ala memberi hiburan sekaligus jaminan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya agar tidak bersedih, risau, gundah gulana.
Apabila sekarang di depan kita tidak sedikit orang-orang yang mengaku Islam namun sebegitu terang-terangannya dalam membela kekafiran, kemusyrikan dan kemaksiatan dengan aneka ucapan yang menyakitkan Ummat Islam, maka hendaknya kita kembali merenungi ayat ini, dan memohon kepada Allah Ta’ala agar kita dijadikan orang-orang yang beriman dan bertaqwa, sehingga ucapan dan tingkah polah mereka  yang sangat jelas mendukung kekafiran itu tidak memberi mudharat kepada ummat Islam.
  إِنَّ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الْكُفْرَ بِالْإِيمَانِ لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ 
Sesungguhnya orang-orang yang menukar iman dengan kekafiran, sekali-kali mereka  tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun; dan bagi mereka  azab yang pedih.(Qs Ali ‘Imran: 177).
Pada ayat ini, menurut Tafsir Departemen Agama 1985/ 1986, setelah  Allah Subhanahu wa Ta’ala  membukakan kedok orang-orang yang membantu dan memihak kepada orang-orang kafir yang menentang kaum muslimin, dan menegaskan bahwa mereka  pada hakekatnya menentang dan memerangi Allah, maka pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa hal itu (yaitu balasan atas pembelaan terhadap kekafiran hingga Allah berkehendak tidak akan memberi sesuatu bahagian (dari pahala) kepada mereka  di hari akhirat, dan bagi mereka  azab yang besar) itu juga berlaku bagi setiap orang yang lebih mengutamakan kekafiran daripada keimanan. Mereka  tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun, dan bagi mereka  adzab yang pedih. (juz 4, penjelasan ayat 177 Surat Ali ‘Imran).
Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman:
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ 
178. dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka [253 dengan memperpanjang umur mereka  dan membiarkan mereka  berbuat dosa sesuka hatinya.] adalah lebih baik bagi mereka . Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka  hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka ; dan bagi mereka  azab yang menghinakan. (QS Ali ‘Imron/3: 178).
Ibnu Abbas berkata, ayat ini turun mengenai orang-orang Yahudi, Nasrani, dan munafiqin. (lihat Zadul Masir keterangan ayat 178 Surat Ali ‘Imran).
Azab yang menghinakan itu diancamkan kepada mereka , sedang mereka  diberi tangguh namun justru bertambah-tambah dosa. Tafsir Departemen Agama memberi penjelasan: Kecuali bila mereka  menambah amal salehnya yang akan mensucikan dan membersihkan mereka  dari hal-hal yang keji dan sifat-sifat yang jelek.. hal-hal seperti itulah yang akan bermanfaat bagi mereka  dan bagi manusia lainnya. Tetapi kenyataannya, mereka  tetap saja berbuat maksiat dan dosa. Dengan demikian mereka  membinasakan diri sendiri, sehingga mereka  mendapat azab siksa yang menghinakan. (lihat penjelasan ayat 178 Surat Ali Imran).
Firman Allah selanjutnya: مَا كَانَ اللَّهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِينَ عَلَى مَا أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيزَ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ  
179. Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam Keadaan kamu sekarang ini[254 Keadaan kaum muslimin bercampur baur dengan kaum munafikin.], sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mukmin). dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya[255 Di antara rasul-rasul, Nabi Muhammad s.a.w. dipilih oleh Allah dengan memberi keistimewaan kepada beliau berupa pengetahuan untuk menanggapi isi hati manusia, sehingga beliau dapat menentukan siapa di antara mereka  yang betul-betul beriman dan siapa pula yang munafik atau kafir.]. karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, Maka bagimu pahala yang besar. (QS Ali ‘Imron/3:179).
Salah satu sunnatullah kepada hamba-Nya yang tak dapat dirobah-robah ialah bahwa Allah Ta’ala tidak akan membiarkan orang-orang mukmin tetap di dalam kesulitan sebagaimana halnya pada peperangan Uhud. Allah akan memisahkan orang-orang mukmin dari orang-orang munafik dan akan memperbaiki keadaan orang mukmin dan memperkuat iman mereka . Di dalam keadaan sulit dan susah, dapat dinilai dan dibedakan orang-orang yang kuat imannya dengan orang-orang yang lemah imannya.
Kaum muslimin diuji sampai di mana iman dan kesungguhan mereka  menghadapi kaum kafir.
Setelah kaum muslimin mengalami kesulitan dalam peperangan Uhud karena dipukul mundur oleh musuh, dan mereka  hampir-hampir patah semangat, dikala itulah diketahui bahwa di antara kaum muslimin ada orang-orang munafik yang menyeleweng, berpihak kepada musuh. Orang-orang yang lemah imannya mengalami kebingungan. Berlainan halnya dengan orang-orang yang kuat imannya, kesulitan yang dihadapinya itu, mendorong mereka  untuk menambah kekuatan iman dan semangat mereka . (lihat Tafsir Depag RI ayat 179 Surat Ali Imran, terbitan 1985/1986).
فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا فَلَكُمْ أَجْرٌ عَظِيمٌ 
karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasulNya; dan jika kamu beriman dan bertakwa, maka bagimu pahala yang besar.
Imam At-Thabari dalam tafsirnya meriwayatkan dari Ibnu Ishaq, ayat ini artinya, jika kamu sekalian kembali dan bertaubat maka bagi kamu sekalian pahala yang besar. (Tafsir At-Thabari juz 7 halaman 428).
Jamaah Jum’ah rahimakumullah. Bagaimanapun, yang akan mendapatkan pahala besar dari Allah Ta’ala adalah orang-orang yang beriman lagi bertaqwa, yang kembali kepada keimanan yang benar dan bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat.
Keadaan yang dapat dilihat, ada gejala semakin berganti tahun semakin ada saja orang-orang yang makin menampakkan diri untuk bersigera dan sigap untuk mendukung, membela dan pro kepada kekafiran. Tidak segan-segan mereka  bertandang dan berucap, berbuat dan berkata yang justru menampakkan pembelaannya kepada kekafiran. Namun semua itu bukan merugikan wali-wali Allah yaitu orang-orang yang beriman dan bertaqwa, tetapi hanya merugikan bagi diri mereka  sendiri.
Semoga kita dijauhkan dari sikap dan sifat yang membela kekafiran yang jelas menghancurkan keimanan, walau semakin menggejala di aneka tempat dan disebar-sebarkan oleh media massa yang tidak suka kepada Islam. Dan semoga jaminan Allah Ta’ala bahwa mereka  itu tidak memberi bahaya kepada Allah Ta’ala yang dimaknakan oleh para ahli tafsir sebagai tidak memberi bahaya kepada wali-wali Allah yakni orang-orang yang beriman dan bertaqwa, jaminan itu semoga tertuju kepada kita semua. Sehingga walaupun semakin banyaknya orang-orang terkemuka yang bersigera dan sigap membela kekufuran dalam aneka momen dan peristiwa, namun tetap tidak menggoyahkan iman kaum mu’minin yang memegangi Islam dengan gigihnya.
Hanya kepada Allah lah kami menyembah, dan hanya kepada Allah lah kami minta pertolongan.
Semoga Allah meneguhkan iman kita. Dan perlu kita ingat pula, untuk mendapatkan jaminan dari Allah Ta’ala itu perlu kita banyak berdoa agar diteguhkan iman kita.
   Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam selalu memohon kepada Allah agar hatinya diberi kekuatan untuk tetap teguh di atas agama-Nya. Anas radhiallahu ‘anhu berkata,
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ آمَنَّا بِكَ وَبِمَا جِئْتَ بِهِ فَهَلْ تَخَافُ عَلَيْنَا قَالَ نَعَمْ إِنَّ الْقُلُوبَ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ اللَّهِ يُقَلِّبُهَا كَيْفَ يَشَاءُ
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam seringkali mengucapkan, “Wahai (Dzat) Yang membolak balikkan hati, kuatkanlah hatiku di atas agamamu.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan apa yang engkau bawa, apakah engkau mengkhawatirkan kami?” Beliau menjawab, “Iya, sesungguhnya hati itu berada di antara dua jari-jemari Allah yang Dia bolak-balikkan sesuai dengan kehendak-Nya.” (HR. At Tirmidzi dan lainnya,  Dishahihkan oleh Syaikh Al AlBani dalam Silsilah Shahihah no.2091.)
Imam at-Tirmidzi juga meriwayatkan dari Syahr bin Hausyab, dia berkata, "Saya berkata kepada Ummu Salamah radiyallahu 'anha,
يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، مَا (كَانَ) أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ: يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ
'Wahai Ummu al-Mukminin, doa apakah yang paling banyak yang pernah diucapkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ketika beliau berada di dekatmu?' Dia menjawab, 'Doa yang paling banyak yang pernah diucapkannya adalah,
« يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ ».
 'Wahai Dzat Yang Membolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu'." (hadits Hasan Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 29188 dan 30397; Ahmad 6/294, no. 302, dan 315; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/538, no. 3522).
Mari kita banyak berdoa memohon kepada Allah agar diteguhkan iman kita, dan jangan sampai kita terombang-ambing oleh perkataan orang yang dusta, yang sampai berani menjamin keimanan orang lain tidak akan luntur dengan mendukung kekafiran dan semacamnya. Ketidak khawatiran akan hilangnya iman bahkan berani menjamin keimanan orang lain itu ternyata jelas-jelas bertentangan dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengkhawatirkan keimanan umatnya, hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan banyak berdoa mohon kepada Allah agar ditetapkan hati atas agamaNya.
Akhirnya, dalam kesempatan ini kami mohon kepada Allah Ta’ala:
اللهم أَصْلِحْ شَأْنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاهْدِهِمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَ، اللهم ارْزُقْهُمْ رِزْقًا مُبَارَكًا طَيِّبًا. اللهم أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
فَاتَّقُوا الله عِبَادَ ِالله ، وَخُذُوْا بِالْأَسْبَابِ الَّتِيْ تَحْيَى بِهَا الْقُلُوْبُ قَبْلَ أَنْ تَقْسُوَ وَتَمُوْتَ، فَإِنَّ ذلك مَنَاطُ سَعَادَتِكُمْ أَوْ شَقَائِكُمْ.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.


Unordered List

Sample Text

My Blog List

Daily Lesson

Daily Lesson
Study Every Day, Every Experiences

Total Tayangan Laman

Become our Fan

Pages

Powered by Blogger.

Followers

About Me

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget